Mengapa Pelat Basemen Parkir Bangunan Sering Retak ?

Posted on Updated on

Bukanlah sebuah keniscayaan jika anda berkunjung ke basemen parkir sebuah gedung di Indonesia, anda umumnya akan melihat banyak retak – retak di pelat basemen tersebut. Misalnya contoh pada foto – foto di bawah ini:

Foto Retak Pada Basemen Bangunan (Dokumentasi Penulis)

Ada banyak kemungkinan alasannya kenapa retak ini bisa terjadi, bisa jadi baik secara desain atau secara metode pekerjaan, sehingga laporan evaluasi menyeluruh diperlukan. Namun, menurut pendapat penulis ada satu alasan yang juga berkontribusi membuat hal ini bisa terjadi, yaitu karena minimum reinforcement untuk restrained shrinkage crack.

Di SNI beton kita, code yang digunakan men-refer ke American Code ACI, yang mana minimum shrinkage and temperature reinforcement ditentukan pada tabel berikut:

Minimum Shrinkage and Temperature Rebar pada ACI 318-14M

Anda bisa lihat pada tabel di atas, minimal tulangannya adalah sekitar 0.18% Ag untuk typical tulangan Fy = 420 MPa. Menurut penulis, ini sangat kurang untuk kasus pelat basemen.

Sebenarnya catatan penting untuk tabel di-atas sudah di-beritahu dengan jelas oleh ACI 318 lewat commentary section-nya, namun jarang orang membaca section ini. Berikut pasal dan commentary yang menjelaskan limit dari minimal reinforcement tersebut, penulis garis bawahi berwarna merah untuk point-pont-nya sehingga pembaca bisa fokus memahaminya:

Shrinkage and Temperature Movement Pasal Pada ACI 318-14M

Pada catatan di atas terlihat bahwa minimum reinforcement 0.18% Ag hanya berlaku jika shrinkage dan temperature movement diperbolehkan, contohnya misalnya pada kasus slab-on-grade yang dibawahnya diberi double plastic agar bisa terjadi slipslip, jadi tidak ada retrained effect. Jika shrinkage dan temperature movement ditahan oleh dinding (wall) atau kolom kaku, maka pasal ini tidak lagi berlaku dan tulangan shrinkage and temperature untuk kedua arah mungkin harus di-tingkatkan.

ACI hanya memberikan referensi dan sedikit penjelasan, namun tidak begitu jelas memberikan ketentuan ataupun metode perhitungan soal ini. Menurut penulis, ini merupakan kekurangan dari American Code. Untuk hal ini, kita bisa men-refer ke standard yang lain misalnya Australian Code yang jauh lebih maju untuk kasus ini. Pada Australian Code (AS 3600 – 2018), diatur minimum rebar untuk restrained slabs pada ketentuan berikut (AS 3600 – 2018):

Tulangan Minimum untuk Restrained Slab di AS 3600 – 2018 (Australian Standard)

Pada pasal di Australian Standard di-atas, terlihat bahwa dibedakan lagi ketentuannya berdasarkan apakah pelat tersebut perlu kontrol yang ketat soal retak atau tidak, dan exposed category (apakah tempatnya sangat korosif atau tidak). Umumnya, untuk pelat yang ditutup atasnya dengan finishing pelat dan bawahnya ditutup dengan ceiling, maka minor degree control of cracking sudah cukup, namun untuk pelat visual exposed seperti pada kasus pelat basemen, maka strong degree of cracking control diperlukan karena visual pelat sangat penting untuk kenyamanan pengguna. Nah untuk strong degree of cracking control minimal tulangannya adalah 0.6% Ag (atau 6.0x bD x 10^-3, catatan Qcp adalah compression force misal dari prestress). Jika lokasinya juga korosif, maka tulangan minimal 0.6% Ag sudah diwajibkan.

Anda bisa lihat, untuk exposed concrete dengan shrinkage and temperature movement di tahan misal dengan perimeter wall pada kasus pelat basement (restrained slab), minimal tulangannya bisa sampai 0.6% dibagi 0.18% yaitu 3.33 kali dari kebutuhan minimal tulangan biasa di SNI / ACI.

Untuk pelat biasa yang minor minor degree control of cracking, 0.18% Ag sudah cukup (di Australian Standard hanya butuh 0.175% Ag lihat pasal di atas).

Menurut penulis, ini yang kurang di-jelaskan oleh ACI 318 dan SNI beton, sehingga perencana juga sering kelewatan.

———————-END———————-

Leave a comment