Mengapa Balok T/L ?

Posted on Updated on

beam slab

Ada beberapa insinyur yang lebih nyaman menggunakan pemodelan balok T/L sementara ada beberapa insinyur lagi yang lebih suka menyederhanakan masalah dengan hanya memodelkan sebagai balok kotak saja. Sebenarnya di ACI memang diharuskan untuk mempertimbangkan pengaruh dari slab jika di cor monolit terhadap balok, sehingga balok T/L sebenarnya adalah keharusan. Namun ACI kadang men-simplifikasi dengan mengatakan di komentarinya bahwa balok T/L dapat dimodelkan sebagai balok kotak dengan pendekatan inersia dikalikan dua. Menurut saya, ada beberapa alasan mengapa tetap harus balok T/L yaitu :

  1. Pendekatan inersia balok T/L adalah dua kali balok persegi adalah salah. Ini pendekatan yang tidak ada dasar ilmiahnya
  2. Jika kita memodelkan balok sebagai balok T/L, maka untuk kekuatan yang sama terhadap balok kotak, kita bisa mendapatkan demand tulangan yang lebih rendah untuk tulangan bawah lapangan akibat beban gravity, dan tulangan bawah tumpuan akibat beban gempa
  3. Dalam analisis gempa, dikenal istilah capacity design, dimana mekanisme ductile diharapkan terjadi terlebih dahulu sehingga bisa menyerap energi gempa sebelum elemen non-ductile yang terjadi dan dapat menyebabkan struktur berpotensi gagal. Peningkatan kekuatan pada balok akibat kontribusi slab oleh karenanya harus diperhitungkan dalam analisis capacity design beam/column capacity ratio dan joint shear, karena kalau tidak hasilnya bisa unconservatif.

Bukanlah hal yang sulit untuk memodelkan balok T/L, sehingga lebih baik meluangkan waktu sejenak untuk hasil yang lebih dapat diterima.

2 thoughts on “Mengapa Balok T/L ?

    […] Mengapa Balok T/L ? […]

    Like

    cjcivilengineer said:
    01/30/2021 at 11:30 PM

    saya ingin bertanya kak ryan mengenai ini… karena ini menarik sih dan memang biasanya kami para mahasiswa saat mengerjakan pun kami simplify saja jd kotak, namun kekakuannya yg kami konvert…
    1. Bila pelat dan balok tidak di cor monolit berarti asumsi balok tsb kotak adalah sah kah kak? (meskipun tulangann2 pelatnya kan juga menjangkar ke balok)
    2. pemodelan dengan balok T dan L mungkin terlihat simple tapi hal tsb juga berarti benar gak saya sih menangkapnya ada proporsi pelat lantai yang menjadi ter”double” karena udah dihitung sebagai berat sendiri slab tapi malah di hitung lagii di berat sendiri balok L dan T.
    3. menurut kak ryan bagaimana mengenai permasalahan balok T dan L yang mana panel slabnya berbentuk misal trapesium (apakah harus dibuat jadi kayak nonprismatik gitu yah yang cenderung sepertinya rumit)…
    4. Terimakasih atas sharing nya 🙂

    Like

Leave a comment